Jembatan Sungai Situri Amblas, Denyut Nadi Ekonomi dan Akses Vital Dua Desa di Tarub Terancam

Libur Bulan Ini

  • Loading...
Banner

Prakiraan Cuaca

Memuat data...

Jembatan Sungai Situri Amblas, Denyut Nadi Ekonomi dan Akses Vital Dua Desa di Tarub Terancam Pasang Disini

Jembatan Sungai Situri Amblas, Denyut Nadi Ekonomi dan Akses Vital Dua Desa di Tarub Terancam

Warga Desa Lebeteng dan Desa Brekat di Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, kini hidup dalam bayang-bayang kekhawatiran. Jembatan Sungai Situri, infrastruktur krusial yang menjadi urat nadi aktivitas sehari-hari mereka, mengalami amblas pada beberapa bagian strukturnya. Kerusakan ini tidak hanya mengganggu mobilitas, tetapi juga berpotensi mengisolasi kedua desa jika tidak segera ditangani, terutama mengingat debit air sungai yang kerap meningkat seiring musim penghujan yang belum usai.

Keluhan dan keresahan warga ini akhirnya sampai ke telinga wakil rakyat mereka di parlemen daerah. Abu Suud, Anggota DPRD Kabupaten Tegal dari Fraksi Partai Gerindra yang mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) IV (meliputi Kecamatan Tarub, Kedungbanteng, dan Pangkah), membenarkan adanya banyak aduan terkait kondisi jembatan tersebut.

"Memang banyak warga yang mengadu ke kami soal amblasnya jembatan itu," ujar Abu Suud saat dikonfirmasi pada Minggu (25/5/2025). Ia menegaskan bahwa Jembatan Sungai Situri bukan sekadar infrastruktur fisik, melainkan penopang utama berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat.

Menurut Sekretaris Fraksi Partai Gerindra ini, fungsi jembatan tersebut sangat vital. "Jembatan Sungai Situri merupakan akses warga untuk perekonomian, pendidikan, pertanian, bahkan untuk kesehatan," jelasnya. Ia mencontohkan, warga dari kedua desa tersebut dan sekitarnya kerap kali mengandalkan jembatan ini untuk mencapai Rumah Sakit Mitra Siaga yang berlokasi di Tarub, salah satu fasilitas kesehatan rujukan di area tersebut. Kecepatan akses menuju fasilitas kesehatan tentu menjadi krusial dalam situasi darurat.

Dampak kerusakan jembatan ini juga dirasakan oleh para petani yang kesulitan mengangkut hasil panen mereka ke pasar atau distributor. Anak-anak sekolah yang setiap hari melintas kini harus melakukannya dengan ekstra hati-hati, sementara para pedagang dan pelaku ekonomi kecil lainnya merasakan hambatan dalam mobilitas barang dan jasa. "Warga berharap agar jembatan itu segera diperbaiki," tegas Abu Suud, menyuarakan aspirasi konstituennya.

Menanggapi desakan tersebut, Abu Suud menyatakan komitmennya untuk segera menindaklanjuti keluhan warga. "Saya akan segera menyampaikan aspirasi ini kepada dinas terkait melalui komisi yang membidanginya di DPRD. Jembatan ini harus menjadi prioritas dan secepatnya diperbaiki karena kondisinya sudah sangat memprihatinkan," paparnya.

Kondisi Fisik Jembatan Semakin Mengkhawatirkan

Jembatan Sungai Situri, yang menurut penuturan warga dibangun sekitar tahun 90-an, kini menunjukkan tanda-tanda ketuaan yang signifikan. Meskipun kendaraan roda dua masih nekat melintas dengan kewaspadaan tinggi, rangka jembatan dilaporkan sudah banyak yang lapuk dan keropos. Kondisi ini diperparah dengan amblasnya sebagian badan jembatan, yang membuat permukaan jalan tidak rata dan berbahaya.

Abu Suud menambahkan, "Dulu, jembatan ini masih kokoh dan bisa diakses oleh kendaraan roda empat. Namun, sekarang, tidak ada lagi kendaraan roda empat yang berani melintas karena khawatir akan keselamatan mereka. Sebagian badan jembatan sudah terlihat jelas amblasnya."

Keterangan serupa juga datang dari Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Lebeteng, Ulum. Ia membenarkan bahwa kondisi Jembatan Sungai Situri seolah "tinggal menunggu hari" menuju kerusakan total jika tidak ada intervensi perbaikan. "Sebagian badan jembatan memang sudah tidak bisa dilewati kendaraan roda empat karena kondisinya sudah amblas. Ini sangat mengganggu aktivitas kami," ungkap Ulum.

Rasa takut dan was-was menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga yang terpaksa melintasi jembatan tersebut. "Kalau lewat jembatan itu, warga sering merasa takut, khawatir jembatan sewaktu-waktu roboh, apalagi jika debit air sungai sedang tinggi. Kami sangat berharap jembatan ini bisa secepatnya diperbaiki demi keamanan dan kelancaran aktivitas kami semua," harap Ulum dengan nada prihatin.

Sejarah Infrastruktur

Dibangun pada era 90-an, Jembatan Sungai Situri telah melayani masyarakat selama lebih dari tiga dekade. Usia pakai yang panjang, ditambah dengan potensi kurangnya pemeliharaan rutin dan beban lalu lintas yang terus menerus, diduga menjadi faktor utama kerusakan. Kondisi geografis, seperti erosi tepian sungai akibat arus deras saat musim hujan, juga bisa berkontribusi pada pelemahan struktur pondasi jembatan.

Kejadian ini menyoroti pentingnya program pemeliharaan infrastruktur yang berkelanjutan oleh pemerintah daerah. Jembatan, sebagai bagian krusial dari sistem konektivitas, memerlukan inspeksi rutin, perawatan, dan perbaikan berkala untuk memastikan keamanan dan fungsionalitasnya. Penundaan perbaikan tidak hanya meningkatkan risiko kecelakaan dan kerugian material, tetapi juga dapat berdampak pada membengkaknya biaya perbaikan di kemudian hari.

Aspirasi warga dan desakan dari DPRD Kabupaten Tegal diharapkan dapat segera direspons oleh dinas teknis terkait, dalam hal ini kemungkinan besar adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Tegal atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) jika dikategorikan sebagai kerusakan akibat faktor alam yang mendesak.

Warga Desa Lebeteng dan Brekat berharap proses birokrasi ini dapat berjalan cepat dan tidak berbelit-belit. Ketergantungan mereka terhadap Jembatan Sungai Situri sudah sangat tinggi, dan setiap hari penundaan perbaikan berarti memperpanjang kesulitan dan risiko yang mereka hadapi.

Komitmen Pemerintah Daerah

Kasus amblasnya Jembatan Sungai Situri menjadi cerminan dari tantangan pemeliharaan infrastruktur di banyak daerah, terutama untuk infrastruktur yang usianya sudah tua. Pemerintah Kabupaten Tegal diharapkan tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur baru, tetapi juga memberikan perhatian serius pada pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur yang sudah ada.

Konektivitas antarwilayah adalah kunci pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Jembatan yang kokoh dan aman akan melancarkan distribusi barang dan jasa, memudahkan akses ke layanan publik, serta memperkuat ikatan sosial antar komunitas.

Amblasnya Jembatan Sungai Situri di Kecamatan Tarub menjadi alarm bagi semua pihak terkait untuk segera mengambil tindakan konkret. Harapan kini tertumpu pada kesigapan Pemerintah Kabupaten Tegal, melalui dinas terkait dan dukungan DPRD, untuk segera merealisasikan perbaikan jembatan tersebut. Bagi warga Desa Lebeteng dan Brekat, perbaikan jembatan bukan hanya soal kemudahan akses, tetapi juga soal jaminan keselamatan dan keberlangsungan denyut nadi kehidupan mereka. Publik akan terus memantau sejauh mana komitmen pemerintah daerah dalam menjawab kebutuhan mendesak ini, demi terwujudnya infrastruktur yang handal dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.